Ditolak Demokrat Jadi Cawapres Anies, Yenny: Kalau Bosmu Butuh Dukungan, Saya Emoh!

JAKARTA – Yenny Wahid, putri Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid alias Gus Dur merespon pernyataan Partai Demokrat yang menolak dirinya sebagai bakal cawapres Anies Baswedan. Padahal, dia tidak pernah mengajukan dirinya sebagai pendamping Anies.

“Saya gak pernah nyodorin diri jadi cawapres mas Anies lho. Saya cuma merespon lamaran yang datang, ” ucap Yenny dalam cuitannya di akun Twitternya.

Bahkan, kata Yenny, dirinya malah mendukung Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY menjadi cawapres Anies Baswedan pada Pilpres 2024 mendatang.

“Justru saya mendukung mas AHY jadi cawapres Mas Anies” ungkap politisi kelahiran Jombang itu.

Jadi, Yenny heran dan geram dengan penolakan Partai Demokrat kepada dirinya yang berpotensi menjadi cawapres. Dia pun mengancam tidak mendukung Partai Demokrat.

“Kalau situ belum apa-apa udah menolak saya, pas bosmu butuh dukungan, saya emoh lho, ” terang Yenny.

Pernyataan Yenny itu merespon komentar Wasekjen Partai Demokrat Jansen Sitindaon. Dia mengatakan bahwa Yenny merupakan sosok yang bagus. Bahkan, tokoh lengkap sekali dengan segala atribusi yang melekat dalam dirinya.

“Namun untuk posisi wapres di Koalisi Perubahan, buat saya beliau tidak pas, tidak cocok. Mungkin cocoknya di koalisi yg lain, ” tuturnya.

Karena jika koalisi itu menang, lanjut Jansen, sebagaimana namanya perubahan, banyak hal yang ingin diubah. Menurutnya, idealnya cawapres perubahan itu memang yang selama ini wajahnya merepresentasikan hal itu.

“Agar koalisi ini semakin kuat posisi dan brandingnya di rakyat yang ingin perubahan. Dimana semakin hari semakin besar dan luas dukungannya,” ungkapnya.

Tentu, kata Jansen, rakyat akan bingung jika koalisi yang katanya mengusung perubahan, malah mencalonkan tokoh yang bukan perubahan, apalagi dia tokoh “status quo” atau bagian dari rezim ini. Baik bagian inti atau pinggiran rezim ini.

Misalnya jika dirinya menjadi Presiden Jokowi, pasti akan tidak suka. “Anda selama ini ikut menikmati rezim ini kok malah tiba-tiba mau mengkritiknya dan pindah ke barisan perubahan lagi,” sindir Jansen.

Jadi, untuk kebaikan bersama, biarlah mereka yang selama ini berada dan ikut dengan rezim ini untuk mendukung kelanjutan rezim. “Kami yang di luar mengusung perubahan. Biar nanti rakyat yang menentukan di pemilu siapa yang menang dan mendapat dukungan terbanyak,” bebernya.

Jansen mengatakan, yang menjadi perhatian saat ini adalah soal pengisian posisi cawapres, karena tinggal ini yang kosong. Koalisi Perubahan sudah memenuhi syarat berlayar 20 persen. Tentu, banyak peminat dari luar sana yang merasa dirinya pantas dan ingin mengisi posisi itu.

Jadi bagi para peminat, jika mereka selama ini tidak merepresentasikan perubahan, apalagi jadi bagian dan ikut menikmati rezim ini, mereka bisa mencari koalisi lain.

“Saya pribadi akan menentang Anda, minimal di rapat-rapat di partai saya Demokrat yang pemegang 9,3 persen dalam Koalisi Perubahan ini. Soal apakah pendapat saya itu akan menang atau kalah, tidak terlalu penting buat saya. Penting saya akan bersuara menentang dan menolak Anda yg tidak merepresentasikan perubahan namun ingin jadi cawapres di koalisi ini,” pungkasnya. (kafi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *